Bosnia
Herzegovina. Meski namanya mengingatkan kita pada peperangan dan
pembantaian, namun banyak yang akhirnya jatuh cinta dan memutuskan untuk
berkunjung lagi ke negeri ini. Tiada tempat di dunia ini yang bisa
dibandingkan dengan kecantikan alami Bosnia Herzegovina. Negeri ini
dikaruniai gunung-gunung batu yang tinggi menjulang namun belum
tersentuh modernisasi.
Jalanan yang berkelok-kelok turun-naik di gugusan perbukitan dengan
perkebunan di kiri-kanannya, sungai berarus deras yang jernih, semuanya
menawarkan tantangan tersendiri bagi mereka yang suka olahraga
whitewater rafting, mountain climbing maupun paragliding.
Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina, laksana mutiara hilang yang baru
ditemukan. Terletak di sebuah lembah yang dikelilingi barisan perbukitan
dan pegunungan Alpen Dinaric, membuat kota ini bakal jadi "sasaran
empuk" bagi para turis berkantong tebal, pengusaha real estate, tour
operator kelas satu serta para pemilik chain-hotel ternama di dunia.
Diperkirakan, wajah kota ini akan berubah drastis. Sentuhan modernisasi
dan hawa komersialisasi akan menjadikan kota ini kehilangan pesona
alaminya.
Pernah dikuasai Kekaisaran Ottoman asal Turki.
Sarajevo didirikan pada abad ke-15. Kondisi itu membawa pengaruh Islam
ke kota berpenduduk 400-an ribu jiwa ini. Ketika daerah ini berada dalam
kekuasaan Kekaisaran Hungaria di abad ke-18 hingga 19, pengaruh
Austro-Hungarian yang berlatar belakang Katholik memperkaya budayanya.
Dan setelah itu, pengaruh rezim sosialis yang berkuasa selama 50 tahun,
membuat kota ini semakin bercorak.
Jerusalem-nya Eropa
Sarajevo juga pernah dijuluki sebagai Jerusalem-nya Eropa lantaran
kentalnya nuansa Yahudi yang sempat mendominasi sebagian gaya bangunan
di tempat ini. Sarajevo juga merupakan kota di mana berbagai bangunan
simbol keagamaan mulai dari Gereja Katolik, mesjid, Synagoge dan gereja
kaum Orthodox berdiri saling berdekatan. Sungguh sebuah pemandangan
langka yang mungkin tidak dapat ditemukan di negara-negara Eropa yang
lain.
Ketika berjalan di pusat kota di daerah Ferhadija, Anda
bisa melewati gereja Orthodox Serbia. Kathedral bergaya majestik,
sekaligus Mesjid Begova yang bergaya khas Turki, hanya dalam waktu tidak
lebih dari 5 menit. Hal ini sebenarnya menunjukkan toleransi antar umat
beragamanya sungguh luar biasa.
Yang lebih mengagumkan, saat
terjadi perang etnis selama 3,5 tahun yang memakan begitu banyak korban
jiwa, bangunan-bangunan itu sama sekali tidak mengalami kerusakan dan
tetap berdiri kokoh sampai hari ini. Sepertinya, semua pihak yang
bertikai saat itu seakan "bersepakat" untuk tidak saling melakukan
perusakan terhadap bangunan-bangunan suci tersebut. Suatu hal yano
sebenarnya patut diacungi jempol, meski di tengah situasi yang
carut-marut sekalipun.
Pusat keramaian kota yang terletak di
Ferhadija, dimulai dari monumen yang disebut Eternal Flame, sebuah obor
yang sengaja dinyalakan terus menerus untuk memperingati kemenangan
Yugoslavia yang pada tahun 1945 berhasil mengusir Jerman pimpinan
Hitler. Dari sana, Anda bisa melihat keragaman gaya bangunan pengaruhi
gaya komunis yang simpel, berpadu dengan bangunan bergaya
Austro-Hungarian yang berkesan klasik dan ornamental.
Nongkrong di Slatko Cose
Jika melangkah lebih jauh lagi, Anda bakal tiba di Slatko Cose. Inilah
tempat jajaran toko penjual penganan khas Bosnia yang sebagian besar
bercita rasa manis legit, maupun cafe dan pub yang menyajikan kopi dan
jajanan khas Turki. Jalanan yang terbuat dari susunan bebatuan gravel
dan gaya bangunannya yang lebih banyak dipengaruhi arsitektur Turki
klasik yang sarat nuansa Islami, berpadu dengan pengaruh Romawi kuno,
menghadirkan amosfir yang berbeda.
Di daerah yang juga dikenal
sebagai Turkish Quarter ini terletak Mesjid Agung Begova yang memiliki
taman indah beserta pepohonan rindang yang sebagian besar usianya sudah
mencapai ratusan tahun yang merupakan salah satu landmark kota yang
wajib dimasukkan ke dalam agenda kunjungan Anda.
Hal lain yang
tidak boleh dilewatkan adalah mencicipi makanan khas setempat yang
disebut cevapi dan burek. Cevapi adalah kebab berbahan daging sapi yang
sudah diasap dan dipotong panjang-panjang, disajikan bersama dengan roti
bakar berbentuk bundar yang telah diramu dengan aneka rempah. Sementara
burek terbuat dari pastry seperti croissant yang di bagian tengahnya
diisi dengan daging panggang dan tomat yang dipotong kecil-kecil.
Sementara, di bagian luarnya dilumuri dengan keju cair yang beraroma
khas. Kedua makanan ini bisa diperoleh dengan harga tak lebih dari 50
cent dolar Amerika. Murah sekali, bukan?
Meski bukan atau belum
tergolona kota yang metropolis, kota yang dialiri oleh Sungai Miljacka
ini memiliki banyak cafe dan pub yang tersebar di penjuru kota. Salah
satu tempat nongkrong yang jempolan adalah Park Princeva, sebuah cafe
sekaligus restoran yang terletak di daerah perbukitan agak di luar kota
arah selatan. Tempat ini menawarkan pemandangan kota dari ketinggian
yang sungguh terlihat breathtaking. Apalagi saat senja menjelang! Di
malam hari, tempat ini menyajikan hiburan musik dan tarian tradisional
yang banyak dipengaruhi oleh perpaduan budaya Turki dan Balkan.
Kaya Akan Festival
Yang juga patut menjadi catatan adalah diselenggarakannya Bascarcija
Noce alias Bascarcija Nights, sebuah festival musik dan tari musim panas
yang diselenggarakan di pusat kota tua. Festival ini pernah
menghadirkan grup musik dan artis papan atas kelas dunia seperti Vienna
Philharmonic, Luciano Paffarotti, Celine Dion, Bon Jovi, II Divo maupun
Andrea Bocelli. Sementara di musim dingin, penyelenggaraan Sarajevo Jazz
Festival dan Sarajevo Winter Festival sanggup menjadi magnet bagi
pelancong mancanegara untuk berkunjung ke kota eksotis yang dikenal
memiliki musim dingin cukup ekstrim ini.
Untuk itu, jangan
tunggu terlalu lama. Berkunjunglah ke Sarajevo segera, sebelum segalanya
terlanjur menjadi terlalu mahal lantaran pembangunan dan komersialisasi
besar-besaran yang tengah berlangsung di kota ini.
Source : Majalah Tamasya