Ketika mantan presiden Liverpool Tom Williams mendekati manajer Huddersfield Town, Bill Shankly, untuk memimpin klubnya yang tengah berjuang di divisi dua pada 1959, ia bertanya: "Kau mau menangani tim terbaik di negeri ini?" Shankly menjawab: "Kenapa? Apakah Matt Busby sedang mempersiapkan Manchester United?"
Jawaban Shankly, walaupun maknanya tidak diucapkan secara eksplisit,
mencerminkan fakta bahwa, walaupun Liverpool dan Manchester United telah
didirikan pada abad ke-19, perseteruan abadi Liverpool versus
Manchester baru muncul sejak penunjukan Bill Shankly sebagai manajer
Liverpool dan naiknya Si Merah ke puncak sepakbola.
Pada 1959, Liverpool dan Manchester saling berbagi sepuluh gelar juara
liga. Shankly membangunkan Liverpool dari tidur panjang dan dalam dua
tahun berhasil memboyong gelar juara. Tim United besutan Busby
menanggapi dari ujung jalan East Lancashire Road dan merebut gelar pada
musim berikutnya.
Hingga 2012, Liverpool dan United secara bersama-sama telah memenangkan
37 gelar juara liga. Ini merupakan prestasi yang sangat menonjol,
apalagi bila meningat bahwa semua klub dari London secara bersama-sama
hanya memenangi 19 gelar. Tak dapat dipungkiri bahwa Liverpool dan
Manchester United adalah dua klub terbesar dan paling sukses di dunia.
Keduanya saling bersaing untuk meraih predikat sebagai yang terbaik di
Inggris. Liverpool mendominasi dekade 1970-an dan 1980-an, sementara MU
merajai dua dekade setelah itu. Sementara suporter
Liverpool membanggakan lima gelar juara Liga Eropa, suporter United
merayakan fakta bahwa, dengan kemenangan terakhir mereka di musim
2010/2011, mereka kini memiliki satu gelar juara liga lebih banyak
daripada Si Merah: 19 gelar liga.
Asal Mula
Namun, terlalu sederhana jika menganggap bahwa perseteruan di antara kedua klub ini baru dimulai setelah Perang Dunia II. Mirip judul novel abadi karya Charles Dickens, perseteruan ini adalah sebuah Kisah Dua Kota. Keduanya hanya dipisahkan jarak 30 mil, namun masing-masing memiliki karakteristik yang sangat berbeda.
Mantan gelandang United dan Inggris, Lee Sharpee, melukiskan perseteruan
dua raksasa ini demikian: "Perseteruan ini bukan hanya antara dua klub,
tetapi juga antara dua kota, dua sejarah, di mana masing-masing merasa
sebagai yang terbaik di dunia. Jadi, di sini, ego-lah yang
dipertaruhkan."
Perseteruan memperebutkan supremasi dalam perdagangan kapas pada abad
ke-18 memulai perseteruan sepakbola ini. Liverpool, berkat pembangunan
dermaga pertama di Inggris, menjadi salah satu pelabuhan terkemuka di
dunia. Sementara itu, dipicu oleh Revolusi Industri, pabrik-pabrik
Manchester merebut keunggulan dalam perdagangan kapas sekaligus menjadi
jantung kawasan industri di mana industri manufaktur berjaya.
Manchester adalah sebuah pusat produksi, namun bahan baku harus
didatangkan dari Liverpool. Pelabuhan Liverpool menetapkan harga tinggi
untuk impor bahan baku yang akan dikirimkan ke Manchjester. Inilah yang
menyebabkan Manchester mengambil sebuah tindakan yang sangat desisif.
Manchester memutuskan untuk melewatkan Liverpool dalam jalur distribusi
pengadaan bahan baku. Caranya, dengan membangun Manchester Ship Canal.
Kanal inilah yang digunakan untuk mengirim dan menerima barang
pulang-balik Manchester-Salford, sehingga tidak perlu membayar bea mahal
di Liverpool. Ketika Manchester Ship Canal dibuka secara resmi pada
1894, rivalitas kedua kota pun dimulai.
Catatan dari Masa Lalu
Setahun setelah pembukaan Manchester Ship Canal pada 12 Okotober 1895, Liverpool dan Newton Heath, nama Manchester United pada waktu itu, bertemu untuk pertama kalinya di Anfield. Liverpool menggilas lawannya dengan skor 7-1, yang merupakan skor terbesar selama 117 tahun sejarah perseteruan kedua klub.
Pada 1977, kedua klub saling berhadapan dalam sebuah final untuk pertama
kalinya ketika Liverpool, di bawah asuhan Bob Paisley, dan Manchester
United, di bawah pimpinan Tommy Docgerty, bertemu dalam ajang Piala FA
di Wembley. Dalam pertandingan itu, United menang 2-1 berkat gol-gol
Stuart Pearson dan Jimmy Greenhoff sementara Jimmy Case mencetak gol
penghibur bagi Merseyside.
Liverpool dan United bertemu kembali pada 1996 dalam final Piala FA,
dengan gol Eric Cantona menjadi penentu kemenangan United. Namun, harus
dicatat bahwa Liverpool memenangi dua Piala Liga pada 1983 dan 2003
dengan menaklukkan United.
Pada Maret 2009, kedua klub bertemu di Old Trafford dalam ajang Premier
League. Kedua tim sama-sama sedang mengejar gelar juara liga. United
memimpin berkat go penalti Cristiano Ronaldo. Namun, Fernando Torres
menyamakan kedudukan dan sebuah tendangan keras Steven Gerrard sebelum
babak pertama usai memberikan keunggulan bgi Liverpool.
Dua gol menjelang babak kedua berakhir oleh Fabio Aurelio dan Andrea
Dossena memastikan kemenangan besar 4-1 bagi Liverpool dan memberikan
Sir Alex Ferguson, hingga titik itu, kekalahan terbesar di Old Trafford
selama ia melatih United. Walaupun begitu, United lebih beruntung karena
berhasil memenangi gelar juara liga pada musim tersebut, untuk ketiga
kalinya secara berturut-turut.
Perseteruan Masa Kini
Dengan kesuksesan kedua tim, hubungan di antara keduanya semakin memburuk dalam 50 tahun terakhir. Padahal, manajer kedua tim saliing menghormati. Shankly menghormati Busby sebagai "manajer terbaik yang pernah ada di dunia ini", sementara Busby begitu sedih saat Shankly meninggal pada 1981 hingga ia tak mau menjawab telepon dari para wartawan yang ingin mengetahui reaksinya.
Saat Busby dan Shankly menukangi klub masing-masing, hubungan
Liverpool-United memang masih kondusif. Transfer pemain secara langsung
di antara kedua klub berlangsung pada era kepelatihan mereka. Saat Phil
Chisnall meninggalkan Old Trafford untuk bermain di Anfield pada 1964,
ia mengenang: "Tak ada yang berkomentar tentang transfer itu dan saya
diterima dengan baik saat saya bermain melawan United bersama
Liverpool."
Transfer Chisnall sangat kontras dengan permohonan Gabriel Heinze untuk
pindah ke Liverpool pada 2007. United menentang keras rencana kepindahan
beknya ke rival terbesar mereka. Saat Heinze mengungkapkan keinginannya
kepada pubik, Liverpool dan United sama-sama membariskan para pengacara
masing-masing. Heinze akhirnya hijrah ke Real Madrid.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai masalah juga muncul di lapangan.
Pada 2006, FA mendenda Gary Neville karena berlari sepanjang 50 yard di
hadapan suporter Liverpool untuk merayakan kemenangan United. Kasus
terakhir, Luis Suarez dilarang bermain delapan pertandingan karena
dituduh melakukan pelecehan rasial terhadap Patrice Evra saat kedua tim
bertanding di Anfield pada Oktober 2011.
Kesuksesan Manchester United semenjak ditangani oleh Sir Alex Ferguson
pada 1986 mungkin merupakan sebab terbesar bagi antagonisme kedua klub
terbesar di Inggris itu. Sir Alex pernah berkata, "tantangan terbesar
adalah meluluh-lantakkan Liverpool", dan hal itu juga yang sering
dibuktikannya.
Ferguson menambahkabn, "Bagi saya, Liverpool selalu merupakan sebuah
pertandingan derbi. Ini soal sejarah. Saat saya datang ke sini, mereka
adalah raja sepakbola Inggris. Mereka telah memenangi empat Piala Eropa
dan beberapa gelar juara liga. Tujuan saya adalah melawan mereka dan
mencoba mengubah keadaan. Sulit bagi saya untuk menentang sejarah."
Namun, pertandingan-pertandingan antara Liverpool melawan United selalu
menunjukkan spirit sepakbola yang sejati, yaitu kebanggaan, gairah, dan
kehendak untuk menang. Jamie Carragher, dua ikon perseteruan abadi
Liverpool-Manchester United, menegaskan bahwa rivalitas yang keras di
antara kedua tim tidak harus membuat rasa dan sikap saling menghormati
pudar.
Carragher: "Saya selalu menghormati mereka. Mereka klub yang besar, sama
seperti kami, dan mereka juga menghormati kami. Mereka tidak banyak
sesumbar dan besar kepala. Di United, tak ada pemain yang layak Anda
benci."
Ryan Giggs: "Saya selalu menghormati Liverpool, sejarahnya, dan tim
besar yang dimilikinya. Tetapi saya juga mengakui bahwa tim itulah yang
paling membuat saya senang jika berhasil mengalahkannya."
Source : Fifa