Sabtu, 12 Mei 2012

Sarajevo – Tiga kali memukau dunia

Bosnia Herzegovina. Meski namanya mengingatkan kita pada peperangan dan pembantaian, namun banyak yang akhirnya jatuh cinta dan memutuskan untuk berkunjung lagi ke negeri ini. Tiada tempat di dunia ini yang bisa dibandingkan dengan kecantikan alami Bosnia Herzegovina. Negeri ini dikaruniai gunung-gunung batu yang tinggi menjulang namun belum tersentuh modernisasi.
Jalanan yang berkelok-kelok turun-naik di gugusan perbukitan dengan perkebunan di kiri-kanannya, sungai berarus deras yang jernih, semuanya menawarkan tantangan tersendiri bagi mereka yang suka olahraga whitewater rafting, mountain climbing maupun paragliding.

Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina, laksana mutiara hilang yang baru ditemukan. Terletak di sebuah lembah yang dikelilingi barisan perbukitan dan pegunungan Alpen Dinaric, membuat kota ini bakal jadi "sasaran empuk" bagi para turis berkantong tebal, pengusaha real estate, tour operator kelas satu serta para pemilik chain-hotel ternama di dunia. Diperkirakan, wajah kota ini akan berubah drastis. Sentuhan modernisasi dan hawa komersialisasi akan menjadikan kota ini kehilangan pesona alaminya.

Pernah dikuasai Kekaisaran Ottoman asal Turki. Sarajevo didirikan pada abad ke-15. Kondisi itu membawa pengaruh Islam ke kota berpenduduk 400-an ribu jiwa ini. Ketika daerah ini berada dalam kekuasaan Kekaisaran Hungaria di abad ke-18 hingga 19, pengaruh Austro-Hungarian yang berlatar belakang Katholik memperkaya budayanya. Dan setelah itu, pengaruh rezim sosialis yang berkuasa selama 50 tahun, membuat kota ini semakin bercorak.

Jerusalem-nya Eropa

Sarajevo juga pernah dijuluki sebagai Jerusalem-nya Eropa lantaran kentalnya nuansa Yahudi yang sempat mendominasi sebagian gaya bangunan di tempat ini. Sarajevo juga merupakan kota di mana berbagai bangunan simbol keagamaan mulai dari Gereja Katolik, mesjid, Synagoge dan gereja kaum Orthodox berdiri saling berdekatan. Sungguh sebuah pemandangan langka yang mungkin tidak dapat ditemukan di negara-negara Eropa yang lain.

Ketika berjalan di pusat kota di daerah Ferhadija, Anda bisa melewati gereja Orthodox Serbia. Kathedral bergaya majestik, sekaligus Mesjid Begova yang bergaya khas Turki, hanya dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. Hal ini sebenarnya menunjukkan toleransi antar umat beragamanya sungguh luar biasa.

Yang lebih mengagumkan, saat terjadi perang etnis selama 3,5 tahun yang memakan begitu banyak korban jiwa, bangunan-bangunan itu sama sekali tidak mengalami kerusakan dan tetap berdiri kokoh sampai hari ini. Sepertinya, semua pihak yang bertikai saat itu seakan "bersepakat" untuk tidak saling melakukan perusakan terhadap bangunan-bangunan suci tersebut. Suatu hal yano sebenarnya patut diacungi jempol, meski di tengah situasi yang carut-marut sekalipun.

Pusat keramaian kota yang terletak di Ferhadija, dimulai dari monumen yang disebut Eternal Flame, sebuah obor yang sengaja dinyalakan terus menerus untuk memperingati kemenangan Yugoslavia yang pada tahun 1945 berhasil mengusir Jerman pimpinan Hitler. Dari sana, Anda bisa melihat keragaman gaya bangunan pengaruhi gaya komunis yang simpel, berpadu dengan bangunan bergaya Austro-Hungarian yang berkesan klasik dan ornamental.

Nongkrong di Slatko Cose

Jika melangkah lebih jauh lagi, Anda bakal tiba di Slatko Cose. Inilah tempat jajaran toko penjual penganan khas Bosnia yang sebagian besar bercita rasa manis legit, maupun cafe dan pub yang menyajikan kopi dan jajanan khas Turki. Jalanan yang terbuat dari susunan bebatuan gravel dan gaya bangunannya yang lebih banyak dipengaruhi arsitektur Turki klasik yang sarat nuansa Islami, berpadu dengan pengaruh Romawi kuno, menghadirkan amosfir yang berbeda.

Di daerah yang juga dikenal sebagai Turkish Quarter ini terletak Mesjid Agung Begova yang memiliki taman indah beserta pepohonan rindang yang sebagian besar usianya sudah mencapai ratusan tahun yang merupakan salah satu landmark kota yang wajib dimasukkan ke dalam agenda kunjungan Anda.

Hal lain yang tidak boleh dilewatkan adalah mencicipi makanan khas setempat yang disebut cevapi dan burek. Cevapi adalah kebab berbahan daging sapi yang sudah diasap dan dipotong panjang-panjang, disajikan bersama dengan roti bakar berbentuk bundar yang telah diramu dengan aneka rempah. Sementara burek terbuat dari pastry seperti croissant yang di bagian tengahnya diisi dengan daging panggang dan tomat yang dipotong kecil-kecil. Sementara, di bagian luarnya dilumuri dengan keju cair yang beraroma khas. Kedua makanan ini bisa diperoleh dengan harga tak lebih dari 50 cent dolar Amerika. Murah sekali, bukan?

Meski bukan atau belum tergolona kota yang metropolis, kota yang dialiri oleh Sungai Miljacka ini memiliki banyak cafe dan pub yang tersebar di penjuru kota. Salah satu tempat nongkrong yang jempolan adalah Park Princeva, sebuah cafe sekaligus restoran yang terletak di daerah perbukitan agak di luar kota arah selatan. Tempat ini menawarkan pemandangan kota dari ketinggian yang sungguh terlihat breathtaking. Apalagi saat senja menjelang! Di malam hari, tempat ini menyajikan hiburan musik dan tarian tradisional yang banyak dipengaruhi oleh perpaduan budaya Turki dan Balkan.

Kaya Akan Festival

Yang juga patut menjadi catatan adalah diselenggarakannya Bascarcija Noce alias Bascarcija Nights, sebuah festival musik dan tari musim panas yang diselenggarakan di pusat kota tua. Festival ini pernah menghadirkan grup musik dan artis papan atas kelas dunia seperti Vienna Philharmonic, Luciano Paffarotti, Celine Dion, Bon Jovi, II Divo maupun Andrea Bocelli. Sementara di musim dingin, penyelenggaraan Sarajevo Jazz Festival dan Sarajevo Winter Festival sanggup menjadi magnet bagi pelancong mancanegara untuk berkunjung ke kota eksotis yang dikenal memiliki musim dingin cukup ekstrim ini.

Untuk itu, jangan tunggu terlalu lama. Berkunjunglah ke Sarajevo segera, sebelum segalanya terlanjur menjadi terlalu mahal lantaran pembangunan dan komersialisasi besar-besaran yang tengah berlangsung di kota ini.

Source : Majalah Tamasya

Tidak ada komentar: